Selasa, 07 Februari 2012

Pengantar Ekonomi - Makro Ekonomi


Nama          : Abdi Nazarudin
Kelas           : SI 11 A
NIM            : 11.12.2058

Tugas Pengantar Ekonomi
Ekonomi Makro

A.  Perkembangan Sejarah Macro economic
Mengacupada peran pemerintah dalammengendalikan inflasi dan pengangguran.
Penggunaan pendekatan Keynes dalamkebijakan untuk mengendalikanperekonomian pada tahun 60anmenimbulkan kekecewaan di tahun 70anawal 80an.
Stagflasi(Stagflation):
Kondisi yangterjadi jika tingkat harga umum naik padaperiode perekonomian yang sedang resesidan tingkat pengangguran yang tinggi dan berkepanjangan(stagnation).
Tiga isu utama yang dibahas di dalamMakroekonomi :
1.      Inflasi
2.      Pertumbuhan ekonomi (output)
3.      Tingkat pengangguran
4.       
Ø  Teori Pembangunan
Membangun masyarakat yang adil dan makmur suatu cita-cita yang luhur, tetapi juga suatu tantangan yang berat. Memang. Indonesia mempunyai jumlah penduduk yang besar dan sumber alam yang memadai, tetapi itu saja belum cukup. Untuk membangun bangsa dan negara yang sebesar ini perlu tindakan yang terarah dan terencana. Maka. kita harus berpikir: Bagaimana cara atau strategi membangun? Apa yang perlu dibangun? Mana yang hams didahulukan? Hambatan apa yang perlu diatasi? Dari manakah kita mencari dana yang diperlukan.
Ø  Perkembangan Pemikiran Ekonomi Pembangunan
Dalam hal pemikiran tentang pembangunan ekonomi telah terjadi suatu perkembangan yang pastas kita perhatikan. Sejak Adam Smith menulis bukunya yang terkenal: An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations (1776) para ahli ekonomi tidak banyak mempersoalkan masalah pembangunan ekonomi. Kemajuan atau pertumbuhan ekonomi dianggap sudah semestinya terjadi. Masalah pembangunan ekonomi baru aktual lagi sesudah Perang Dunia II, ketika banyak negara bekas jajahan mencapai kemerdekaannya dan bertekad untuk segera mengejar keterbelakangannya dan mengatasi masalah kemiskinan, ketergantungan, dan ketertinggalannya.
Sayang dalam ilmu ekonomi yang berlaku pada waktu itu belum banyak terdapat petunjuk atau teori tentang bagaimana caranya membangun suatu negara yang belum Rostov (The Stages of Economic Growth, 1959). Menurut teori ini, dalam proses menjadi negara maju setiap masyarakat harus melalui lima tahap perkembangan, yaitu: dari masyarakat “statis tradisional” — melalui tahap “prasyarat” — baru bisa “lepas landas” (take off) — untuk selanjutnya berkembang atas kekuatan sendiri — sampai akhirnya mencapai tahap “masyarakat adil makmur”.
Prasyarat-prasyarat yang perlu diusahakan atau dilengkapi sebelurn suatu negara dapat “lepas landas”, antara lain:
a)      Perubahan ekonomi:
Kenaikan produktivitas di sektor pertanian dan perkembangan di sektor pertambangan, dengan modernisasi dan penerapan teknologi maju.
- kenaikan daya hell masyarakat sehingga mampu membeli hasil-hasil industri (lugs pasar).
— perluasan prasarana produksi dan sosial di luar sektor industri, seperti perhubungan, perbankan, pendidikan, dan kesehatan.
b)      Perubahan sikap mental masyarakat:
Sikap yang dihutuhkan untuk pembangunan, antara lain:
Berorientasi pada masa depan; kemampuan untuk bekerja sama secara disiplin dan bertanggung jawab; bersikap rasional: efisiensi, menghargai waktu dan kekayaan inateriil.
c)      Peningkatan kemampuan warga masyarakat untuk menyerap ilmu pengetahuan dan teknologi.
d)     Kepemimpinan nasional yang berorientasi pada pembangunan.
e)      Munculnya usahawan-usahawan sejati, hukan yang karbitan.
f)       Keseimbangan Neraca Pembayaran perlu dijaga untuk memperkecil ketergantungan dari modal luar negeri.
Meskipun penahapan Rostow ini banyak dikritik oleh para ahli ekonomi dan sejarah, namun sebagai pola pembangunan ekonomi nasional mengandung beberapa pengertian yang penting, antara lain bahwa pembangunan harus diartikan sebagai suatu usaha terencana di berbagai sektor secara simultan dan terpadu untuk mempersiapkan tahap “lepas landas”, dengan menciptakan pranata dan lembaga sosial sebagai prasyarat yang mendorong perubahan sosial dan budaya.
Ø  Teori Perubahan Struktural
Teori yang lebih langsung menanggapi masalah span style=”text-decoration: underline;”>pembangunan ekonomi negara-negara berkembang berpangkal dari pengertian perubahan struktural. Teori perubahan struktural memusatkan perhatiannya pada mekanisme atau cara bagaimana negara “terbelakang” dapat mentransformasikan struktur perekonomiannya dari pertanian tradisional untuk mencukupi kebutuhan sendiri menjadi perekonomian yang lebih modern. Tokoh teori ini adalah W.Arthur Lewis (model dua sektor) yang dikeinbangkan lebih lanjut oleh John Fei dan Gustav Ranis.
Ø  Model W. Arthur Lewis
Dalam model Lewis perekonomian yang terbelakang terdiri dari dua sektor. yaitu sektor tradisional di pedesaan dan sektor industri modern perkotaan yang lebih produktif dan dapat sedikit demi sedikit menampung kelebihan tenaga kerja dari sektor pertanian.
Perhatian utama model ini adalah pada terjadinya proses pengalihan tenaga kerja dari desa ke kota serta pertumbuhan produksi dan kesempatan kerja di sektor modern. Perkembangan sektor modem ditentukan oleh tingkat investasi di hidang industri, sedangkan tingkat upah di perkotaan cukup lebih tinggi untuk menarik tenaga kerja dan desa ke kota tetapi tidak naik dengan terlalu cepat. Yang disyaratkan agar proses ini berjalan dengan balk ialah hahwa keuntungan yang diperoleh di sektor modern ditanam kembali dalam sektor modern (dan tidak dilarikan ke bank di luar negeri), dan dieunakan untuk perluasan usaha (hukan untuk membeli barang modal yang lebih canggih yang justru menghemat tenaga kerja). Juga diandaikan bahwa tenaga kerja yang tidak terampil yang mengalir dari desa ke kota semuanya bisa ditampung di sektor modern. Jelaslah kiranya bahwa syarat-syarat dan anggapan-anggapan ini kenyataannya sulit terpenuhi.
Ø  Perubahan Struktural dan Pola Pertumbuhan
Sementara itu, pars ahli ekonometri berhasil mengembangkan metode-metode penelitian empiris dengan indikator-indikator yang secara kuantitati dapat menelusuri proses perubahan struktural yang telah terjadi di berbagai negara berkembang. Atas dasar penetitian yang luas dalam sejumlah besar negara berkembang dalam kurun waktu 195°— 1973. Chenery dan Syrquin (1975) merumuskan sejumlah ciri-ciri yang bersama-sama menunjukkan pola dasar proses perkembangan ekonomi (Patterns of Development), meskipun ada perbedaan-perbedaan antara negara yang satu dengan yang lain karena perbedaan situasi, sumber daya, kebijakan pemerintah, dan sebagainya. Pola perubahan yang terjadi bila pendapatan per kapita suatu negara berkembang mulai naik, antara lain:
a)      Transformasi struktur produksi: terjadi pergeseran dari produksi harang pertanian ke produksi barang
industri: peranan industri (sebagai % GNP) meningkat dan peranan pertanian menurun.
b)      Tingkat tabungan dan akumulasi modal, balk modal fisik maupun modal manusia (pendidikan) semakin meningkat.
c)      Terjadi perubahan dalam komposisi permintaan dalam negeri: pengeluaran rnasyarakat untuk pangan
relatif menunin. pengeluaran untuk konsumsi bukan pangan naik, pengeluaran untuk imestasi dan untuk sektor pemerintah meningkat. Biasanya balk impor maupun ekspor naik dan komposisi ekspor berubah dari bahan-hahan mentah menjadi lebih banyak barang industri.
d)     Penggunaan faktor produksi terjadi pergeseran tenaga kerja dart sektor pertanian ke sektor industri
dan jasa, sedangkan produktivitas di sektor pertanian juga meningkat.
e)      Perubahan sosial: terjadinya urbanisasi, tingkat kelahiran dan tingkat kematian menurun, sekaligus distribusi pendapatan makin timpang (perbedaan kaya-miskin semakin menyolok).
Dalam model ini selain peranan tabungan dan investasi ditunjuk pula adanya setumpuk faktor lain yang (harus) ikut berubah agar perekonomian dapat berkembang dari sistem ekonomi tradisional menjadi sistem modern. Chenery juga menunjuk pada kendala-kendala dari dalam negeri seperti keterbatasan sumber daya, jumlah dan pertainbahan penduduk, rintangan kelembagaan, kebijakan dan cara kerja pemerintah. Juga kendala yang berasal dari dunia internasional seperti kesulitan (atau kemudahan) mendapatkan modal dari luar negeri, peralihan teknologi (canggih tapi padat modal padahal yang dibutuhkan teknologi madya yang padat karya), dan sebagainya.
B.  PERMASALAHAN EKONOMI MAKRO

A.    Masalah Kemiskinan dan Pemerataan
Pada akhir tahun 1996 jumlah penduduk miskin Indonesia sebesar 22,5 juta jiwa atau sekitar 11,4% dari jumlah seluruh penduduk Indonesia. Namun, sebagai akibat dari krisis ekonomi yang berkepanjangan sejak pertengahan tahun 1997, jumlah penduduk miskin pada akhir tahun itu melonjak menjadi sebesar 47 juta jiwa atau sekitar 23,5% dari jumlah keseluruhan penduduk Indonesia. Pada akhir tahun 2000, jumlah penduduk miskin turun sedikit menjadi sebesar 37,3 juta jiwa atau sekitar 19% dari jumlah seluruh penduduk Indonesia.
Dari segi distribusi pendapatan nasional, penduduk Indonesia berada dalam kemiskinan. Sebagian besar kekayaan banyak dimiliki kelompok berpenghasilan besar atau kelompok kaya Indonesia.
B.     Krisis Nilai Tukar
Krisis mata uang yang telah mengguncang Negara-negara Asia pada awal tahun 1997, akhirnya menerpa perekonomian Indonesia. Nilai tukar rupiah yang semula dikaitkan dengan dolar AS secara tetap mulai diguncang spekulan yang menyebabkan keguncangan pada perekonomian yang juga sangat tergantung pada pinjaman luar negeri sector swasta. Pemerintah menghadapi krisis nilai tukar ini dengan melakukan intervensi di pasar untuk menyelamatkan cadangan devisayang semakin menyusut. Pemerintah menerapkan kebijakan nilai tukar yang mengambang bebas sebagai pengganti kebijakan nilai tukar yang mengambang terkendali.
C.     Masalah Utang Luar Negeri
Kebijakan nilai tukar yang mengambang terkendali pada saat sebelum krisis ternyata menyimpan kekhawatiran. Depresiasi penurunan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing terutama dolar ASyang relative tetap dari tahun ke tahun menyebabkan sebagian besar utang luar negeri tidak dilindungi dengan fasilitas lindung nilai (hedging) sehingga pada saat krisis nilai tukar terjadi dalam sekejap nilai utang tersebut membengkak. Pada tahun1997, besarnya utang luar negeri tercatat 63% dari PDB dan pada tahun 1998 melambung menjadi 152% dari PDB.
Untuk mengatasi ini, pemerintah melakukan penjadwalan ulang utang luar negeri dengan pihak peminjam. Pemerintah juga menggandeng lembaga-lembaga keuangan internasional untuk membantu menyelesaikan masalah ini.
D.    Masalah Perbankan dan Kredit Macet
Besarnya utang luar negeri mengakibatkan permasalahan selanjutnya pada system perbankan. Banyak usaha yang macet karena meningkatnya beban utang mengakibatkan semakin banyaknya kredit yang macet sehingga beberapa bank mengalami kesulitan likuiditas. Kesulitan likuiditas makin parah ketika sebagian masyarakat kehilangan kepercayaannya terhadap sejumlah bank sehingga terjadi penarikan dana oleh masyarakat secarabesar-besaran (rush).
Goncangan yang terjadi pada system perbankan menimbulkan goncangan yang lebih besar pada system perbankan secara keseluruhan, sehingga perekonomian juga akan terseret ke jurang kehancuran. Alasan-alasan di atas menyebabkan pemerintah memutuskan untuk menyelamatkan bank-bankyang mengalami masalah likuiditas tersebut dengan memberikan bantuan likuiditas. Namun untuk mengendalikan laju inflasi, bank sentral harus menarik kembali uang tersebut melalui operasi pasar terbuka. Hal ini dilakukan dengan meningkatnya suku bunga SBI. Kebijakan ini kemudian menimbulkan dilema karena peningkatan suku bunga menyebabkan beban bagi para peminjam (debitor). Akibatnya tingkat kredit macet di system perbankan meningkat dengan pesat. Dilema semakin kompleks di saat system perbankan mencoba mempertahankan likuiditasyang mereka miliki dengan meningkatkan suku bungan simpanan melebihi suku bunga pinjaman sehingga mereka mengalami kerugian yang berakibat pengikisan modal yang mereka miliki.
E.     Masalah Inflasi
Masalah inflasi yang terjadi di Indonesia tidak terlepas kaitannya dengan masalah krisis nilai tukar rupiah dan krisis perbankan yang selama ini terjadi. Pada tahun 2004 tingkat inflasi Indonesia pernah mencapai angka 10,5%. Ini terjadi karena harga barang-barang terus naik sebagai akibat dari dorongan permintaan yang tinggi. Tingginya laju inflasi tersebut jelas melebihi sasaran inflasi BI sehingga BI perlu melakukan pengetatan di bidang moneter. Pengetatan moneter tidak dapat dilakukan secara drastic dan berlebihan karena akan mengancam kelangsungan proses penyehatan perbankan dan program restrukturisasi perusahaan.
F.      Pertumbuhan Ekonomi dan Pengangguran
Menurunnya kualitas pertumbuhan ekonomi tahun 2005-2006 tercermin dari anjloknya daya serap pertumbuhan ekonomi terhadap angkatan kerja. Bila di masa lalu setiap 1% pertumbuhan ekonomi mampu menciptakan lapangan kerja hingga 240 ribu maka pada 2005-2006 setiap pertumbuhan ekonomi hanya mampu menghasilkan 40-50 ribu lapangan kerja. Berkurangnya daya serap lapangan kerja berarti meningkatnya penduduk miskin dan tingkat pengangguran. Untuk menekan angka pengangguran dan kemiskinan, pemerintah perlu menyelamatkan industry-industri padat karya dan perbaikan irigasi bagi pertan
C.  Kebijakan-keijakan Ekonomi Makro
Permasalahan perekonomian suatu negara sangat beraneka ragam diantaranya laju inflasi, pengangguran, pertumbuhan  ekonomi , dll. Untuk mengatasi masalah tersebut pemerintah dapat melakukan kebijakan ekonomi, sebagai berikut:
1.      Kebijakan Fiskal
Kebijakan ekonomi seperti kebijakan fiskal pada prinsipnya merupakan kebijakan yang mengatur tentang penerimaan dan pengeluaran negara. Sumber-sumber penerimaan negara antara lain dari pajak, penerimaan bukan pajak serta bantuan/pinjaman dari luar negeri. Selain itu, pengeluaran dibagi menjadi dua kelompok besar yakni pengeluaran yang bersifat rutin seperti membayar gaji pegawai, belanja barang serta pengeluaran yang bersifat pembangunan. Dengan demikian, kebijakan fiskal merupakan kebijakan pengelolaan keuangan negara dan terbatas pada sumber-sumber penerimaan dan alokasi pengeluaran negara yang tercantum dalam APBN.
2.      Kebijakan Moneter
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, Bab 1 Pasal 10 yang dimaksud dengan kebijakan ekonomi seperti Kebijakan Moneter adalah kebijakan yang ditetapkan dan dilaksanakan oleh Bank Indonesia untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah yang dilakukan antara lain melalui pengendalian jumlah uang beredar dan atau suku bunga.
Beberapa kebijakan fiskal dan moneter yang diambil pemerintah pada saat krisis untuk merespons anjloknya nilai rupiah adalah sebagai berikut (Marie M, 2004, hal. 111).
a)      Kontraksi rupiah secara besar-besaran melalui kebijakan fiskal (APBN) dengan cara menekan pengeluaran dan menunda pembayaran-pembayaran yang tidak mendesak.
b)      Bank Indonesia meningkatkan suku bunga, sehingga suku bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia) mencapai 70% dengan maksud membatasi ekspansi kredit perbankan dan menarik uang yang beredar dari sistim perbankan yang dikonversikan ke dalam SBI pada Bank Indonesia.
c)      Bank Indonesia melakukan intervensi pasar dengan menjual dollar pada saat diperlukan jika rupiah menunjukkan tanda-tanda yang benar-benar mengkhawatirkan.
d)     Pembatalan dan penundaan berbagai mega proyek pemerintah guna memperketat pengeluaran melalui APBN serta mengurangi laju impor barang agar cadangan devisa tidak semakin terkuras. Demikian pula pihak swasta dihimbau untuk menunda berbagai proyek yang bernilai besar agar impor dapat dikurangi guna menolong cadangan devisa nasional.
Ø  Masalah Ekonomi Bank
Bank merupakan perusahaan perantara, yang menjual jasa kredit dengan harga bunga. Bank mendapat penghasilannya dari selisih antara bunga kredit yang merupakan penerimaannya, dan bunga deposito yang harus dibayarnya atas simpanan/deposito, yang merupakan biaya dana bank. Selisih antara bunga kredit dan bunga deposito disebut “spread”. Dari selisih itu bank harus membayar biaya operasinya (gaji pegawai, biaya administrasi, membayar pajak, dan sebagainya).
Bila suku bunga deposito yang ditawarkan bank itu tinggi, masyarakat akan terdorong untuk mendepositokan uangnya pada bank sehingga dana yang terhimpun di bank banyak. Akan tetapi, suku bunga deposito yang tinggi juga membuat kredit mahal untuk perusahaan yang mau pinjam uang dari bank. Sebaliknya jika bunga deposito rendah, suku bunga kredit juga bisa rendah, dan masyarakat akan terdorong untuk lebih banyak pinjam uang dari bank. Akan tetapi justru lebih sulit bagi bank untuk menghimpun dana/tabungan dari masyarakat.
Karena uang yang ada pada bank sebagian terbesar milik orang lain yang hanya dititipkan padanya, maka bank harus sungguh hati-hati dalam menjalankan keuangannya. Kebijaksanaan masalah ekonomi bank terletak dalam menjaga keseimbangan yang tepat antara dua hal: di satu pihak keinginan untuk memperoleh keuntungan dengan jalan meminjamkan uang kepada orang lain (atau menanamkannya dalam surat-surat berharga) dengan memperoleh bunga. Ini segi rentabilitas. Di lain pihak adanya tuntutan likuiditas dan solvabilitas bank karena uang itu pada suatu saat akan (dapat) diminta kembali oleh pemiliknya. Banyak pokok masalah ekonomi yang dihadapi oleh bank sebagai “perusahaan”.
Pokok masalah ekonomi bank dapat juga di lihat dari neraca bank, yaitu dari perbandingan antara jumlah dana yang dititipkan pada bank (Pasiva/kewajiban) dan jumlah pinjaman/kredit yang diberikan oleh bank (Aktiva). Demikian pula perbandingan antara pendapatan (dari bunga kredit) dan biaya dana (dalam bentuk bunga deposito) pada rekening rugi/laba.
Perhatikan secara khusus dua ukuran masalah ekonomi bank yang dewasa ini selalu ditekankan:
       I.            CAR (Capital Adequacy Ratio) = perbandingan antara modal dan aset tertimbang menurut tingkat risiko. Bank wajib menyediakan modal 1% dari aktiva produktifnya; ditambah 3% dari aktiva produktif yang kurang lancar; 50% dari aktiva yang diragukan; dan 100% dari aktiva yang macet. Jumlah modalnya minimal harus mencapai 8% dari jumlah assetnya yang dinilai berisiko. Misalnya aset yang berisiko sebesar Rp 100 milyar, modal minimal yang dibutuhkan adalah Rp8 milyar.
    II.            LDR (Loan to Deposit Ratio) = perbandingan antara dana yang dikumpulkan bank dan masyarakat dengan total kredit yang dikucurkan. B1 memberikan penilaian “positif’ bila LDR berada di bawah 85%; “netral” jika LDR berada antara 85% hingga 110%; dan “negatif’ jika angka LDR itu di atas 110%.

Rabu, 25 Januari 2012


╔═╗═╔╗═════╔═╗═══╔═╗═╔╗══╔╗═=╔╗
║╚╬═╣╠═╦══╗║╬╠═╦╦╣╚╬═╣╚╦═╣╚╦═╣╚╦═╦═╗
╠╗║╬║║╬║║║║║╔╣╩╣╔╬╗║╬║║║╬║╬║╬║╔╣╬║║║
╚═╩╩╩╩╩╩╩╩╝╚╝╚═╩╝╚═╩╩╩╩╩╩╩═╩╩╩═╩╩╩╩╝
.........../--)
........./.../
......./....(______
▓▓..........((_I___)
▓▓..........((_I___)
▓▓..........((_I___)
▓▓---.___((_I__)
..............( ¯'•(¯'•........ ...._/)/)
............... (¯'•.(¯'•...... .((.....((
............... .(¯`'•(¯'•...(( .)..(. ‘ /)
... ........... ..(¯`'•.(¯'((.) ....|\_/
.....,,,~”¯¯¯`' ¯(_¸´(_.)...... |
...(((./....... ............... .....)__
..((((.\......) ,,...........(. ..../__`\
..))))..\ . .//...¯¯¯¯¯¯¯' \.../... / /
.(((...../ .// .............. | ./.....\/
.))).....| ||.................| |...........♥♥♥
((........) \\............. ....) \...........\|/
.^^^^.""'"'.^^^ ^^^^..""".^^^^.
Abdi Nazarudin ( Nazaer_Upiin )
_ (•́︿•̀)

Pengantar Manajemen


BERORGANISASI YANG BAIK MENURUT ISLAM


Di Susun oleh :

Abdi Nazarudin ( 11.12.2058 )

Pengantar Manajemen

Yusmedi Nur Faizal , S.Sos . S.E . M.M

KATA PENGANTAR

                                                                                                         
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. bahwa penulis telah menyelesaikan tugas mata kuliah Pengantar Manajemen dengan membahas penyakit endemik dalam bentuk makalah.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua, kerabat dan teman-teman kami, sehingga kendala-kendala yang kami hadapi teratasi. Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada :
1.      Dosen pembimbing mata kuliah Pengantar Manajemen yang telah memberikan tugas, petunjuk, kepada penulis sehingga kami termotivasi dan menyelesaikan tugas ini.
2.      Orang tua, teman dan kerabat yang telah turut membantu, membimbing, dan mengatasi berbagai kesulitan sehingga tugas ini selesai.
Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi kami sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai,
 Amiin.

                                                                                                          Penulis ,     

BAB I

LATAR BELAKANG MASALAH


Keberadaan organisasi ( organization ) sebenarnya setua sejarah manusia di muka bumi ini. Sepanjang hidupnya manusia telah menggabungkan diri dengan orang lain untuk tujuan bersama, baik tujuan yang berbentuk tunggal (single goals ) maupun tujuan ganda ( multiple goals ). Tujuan organisasi juga direalisasikan baik tujuan yang berjangka pendek maupun yang berjangka panjang.

Organisasi merupakan hal yang penting juga setelah perencanaan, karena suatu rencana tidak akan dapat berjalan sesuai dengan target jika tidak adanya suatu organisasi yang menangani.Berdasarkan Nickles dan Mc Hugh dan Mc Hugh ( 1997 )terdiri ada 4 bagian yaitu : perencanaan, pengorganisasian, pengimplementasian, dan pengendalian. Ini menunjukkan bahwa organisasi adalah alat untuk menjalankan suatu rencana dalam memecahkan masalah dan untuk mencapai target yang ingin dicapai.  

BAB II

PERMASALAHAN


Rumusan Masalah                                                        
1)      Jelaskan bagaimana Struktur Organisasi dalam suatu perusahaan ?
2)      Jelaskan arti penting pengorganisasian dalam suatu perusahaan ?
3)      Jelaskan teknik-teknik pengorganisasian ?
4)      Jelaskan pemahaman tentang organisasi dan semua sub bab pembahasan dalam perspektif islam ?

BAB III

PEMBAHASAN

A.    Arti Penting Organisasi

Mengapa suatu organisasi dikatakan penting…?? Organisasi dikatakan penting karena organisasi  merupakan suatu wadah tempat berkumpulnya orang-orang yang bekerjasama guna mencapai tujuan dan target yang telah ditentukan. Ada 3 unsur dalam organisasi antara lain : kumpulan orang, kerjasama, dan tujuan yang ingin dicapai. Unsur-unsur organisasi merupakan dalam satu kesatuan organisasi yang tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lain.

Seperti yang telah kita ketahui bahwa organisasi merupakan tahapan ke dua setelah perencanaan, perencanaan tidak akan dapat dilakukan jika tidak ada suatu tim atau organisasi. Sedangkan pengorganisasianadalah pengelompokan aktivitas dalam suatu organisasi. Dalam suatu organisasi terdapat banyak aktivitas dalam mencapai tujuannya yang dikelompokkan ke dalam suatu kelompok organisasi yang memiliki beberapa bidang kegiatan. Masing – masing bidang kegiatan dalam organisasi itu memiliki kepentingan yang sama antara satu dengan yang lain.

Satu hal yang sangat penting dalam organisasi adalah proses rancangan organisasi. Rancangan organisasi adalah suatu proses dalam pembuatan keputusan yang dilakukan oleh manager untuk memilih struktur organisasi yang sesuai dengan strategi yang telah ditetapkan organisasi, baik hubungan di dalam maupun di luar  lingkungan organisasi.

B.     Struktur Organisasi

Struktur organisasi adalah susunan dan hubungan antar bagian komponen dan posisi dalam suatu perkumpulan ( organizatinal structure can defined as the arragement and interrelation ship of the component parts and positions of a company ). Stoner dan Wankell ( 1986:243 ).

Struktur organisasi menspesifikasikan pembagian aktivitas kerja dan menunjukkan bagaimana fungsi atau aktifitas yang beraneka macam dihubungkan sampai batas tertentu, juga menunjukkan tingkat spesialisasi aktivitas kerja Struktur Organisasi juga menunjukkan hierarki dan struktur otoritas organisasi serta memperlihatkan hubungan pelaporannya. Struktur organisasi memberikan stabilitas dan kontinuitas organisasi guna untuk mempertahankan suatu tim untuk mengkoordinasi hubungannya dengan lingkungan. Siswanto ( 2005:85)

Gibson dan kawan-kawan (1980 ) menekankankan bahwa struktur bertalian dengan hubungan yang relatif pasti yang terdapat diantara pekerjaan dalam organisasi. Hubungan yang pasti timbul dari proses keputusan, antara lain :
1.      Pembagian kerja ( division of labor )
2.      Departementalisasi ( depertementalization )
3.      Rentang kendali ( span of comtrol )
4.      Delegasi ( delegation )

Struktur organisasi pada dasarnya merupakan desain organisasi dimana manager melakukan alokasi sumber daya organisasi terutama yang terkait dengan  pembagian kerja sumber daya yang dimiliki organisasi, serta bagaimana keseluruhan kerja tersebut dapat dikoordinasikan dan dikomunikasikan, secara ilustratif struktur organisasi bisa digambarkan sebagai bagan organisasi ( organizational chart ).

Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Stoner, Freeman, dan Gilbert ( 1995 ), ada empat pilar dalam pengorganisasian, antara lain :
1.      Pembagian kerja ( division of work )
2.      Pengelompokan pekerjaan (depertementalization )
3.      Penentuan relasi antar bagian dalam organisasi ( Hierarchy )
4.      Koordinasi ( coordination )
Berdasarkan dari pernyataan yang berasal dari sumber yang berbeda, mengatakan bahwa “ empat dasar diatas itulah yang menjadi dasar untuk melakukan proses pengorganisasian “,  sebenarnya pengertiannya itu sama meskipun dari berbagai sumber, berdasarkan pembagian tersebut maka dari beberapa pilar dan proses keputusan dapat disimpulkan, antara lain :
1.      Pembagian Kerja ( Division Of Work / Division Of Labor )
Pembagian kerja juga dinamakan pembagian tenaga kerja ( Division of Labor  ), akan tetapi pembagian kerja lebih banyak digunakan karena pada dasarnya yang dibagi-bagi adalah pekerjaannya bukan tenaga kerjanya. Proses pembagian kerja dari keseluruhan akan menjadi lebih spesifik atau lebih sederhana dan detail jika keseluruhan pekerjaaan dapat dibagi-bagi berdasarkan kriteria tertentu yang lebih spesifik.

Permasalahan yang berhubungan dengan pembagian kerja bertalian dengan sampai seberapa jauh pekerjaan dispesialisasikan. Selururuh pekerjaan dispesialisasikan sampai suatu tingkat dan kemampuan untuk membagi pekerjaan diantara pemegang pekerjaan.

Berikut keuntungan yang diperoleh dengan adanya spesialisasi pekerjaan, antara lain :
§  Apabila suatu pekerjaan terdiri atas sedikit tugas, managemen mudah memberikan pelatihan pengganti bagi bawahan yang diberhentikan atau dimutasikan, karena aktivitas pelatihan yang minimum memerlukan alokasi biaya pelatihan yang rendah.
§  Seorang bawahan dapat menjadi ahli dalam melaksanakan tugas jika pekerjaan atau tugas yang diberikan jumlahnya sedikit, sehingga akan menghasilkan keluaran atau hasil yang memuaskan.

2.      Pengelompokan Pekerjaan ( Departementalization )

Setelah pekerjaan dispesifikkan, maka pekerjaan-pekerjaan tersebut dikelompokkan berdasarkan kriteria tertentu ynag sejenis. Proses penentuan deretan dan kedalaman pekerjaan individual bersifat analistis, yaitu jumlah tugas organisasi dipecah-pecah ke dalam beberapa tugas yang lebih kecil yang berurutan. Proses penggabungan pekerjaan  ke dalam kelompok inilah yang dinamakan sebagai departementalisasi. Sedangkan manajerial yang muncul adalah   memilih suatu dasar bagi penggabungan pekerjaan tersebut.
Praktik departementalisasi sering didasarkan atas kebutuhan sebagai berikut :
a)      Departementalisasi Fungsional
Pengelompokan pekerjaan dilakukan menurut fungsi organisasi. Beberapa organisasi lebih sering menggunakan dasar fungsional karena mudah dipahami orang. Beberapa kegiatan dari fungsi pengorganisasian, antara lain :
·         Mengalokasikan sumber daya, merumuskan dan menetapkan tugas, menetapkan prosedur yang diprerlukan.
·         Menetapkan struktur organisasi yang menunjukkan garis kewenangan dan tanggung jawab.
·         Kegiatan perekrutan, penyeleksian, pelatihan, dan pengembangan sumber daya manusia/ tenaga kerja.
·         Kegiatan penenmpatan sumber daya manusia pada posisi yang paling tepat.
b)      Departementalisasi Teritorial
Departementalisasi teritorial dilakukan dengan cara pembentukan kelompok atas dasar bidang geografis. Bidang geografis ini menyangkut tugas seluruh operasi di suatu wilayah tertentu, logikanya bahwa semua aktifitas dalam daerah tertentu seharusnya ditugaskan kepada seorang manager. Manager tersebut akan bertugas melaksankan seluruh operasi dalam bidang goegrafis.
Salah satu keuntungan dari pengelompokan ini adalah akan memberikan dasar pelatihan bagi tenaga managerial. Organisasi dapat memberikan pelatihan kepada para manager di daerah. Manager kemudian menilai program dan kemajuan daerah dan memberikan pandangan yangsangat berharga agar produk dan jasa diterima di lapangan.
c)      Departemtalisasi Produk
Pada organisasi bisnis besar atau perusahaan yang produknya beraneka ragam, aktivitas dan para pekerja yang dikelompokan atas tugas dan kegiatannya masing-masing. Bentuk organisasi ini memungkinkan bawahan atau para pekerja untuk mengembangkan seluruh keahliannya dalam penelitian, membuat, dan mendistribusikan suatu produk. Sentralisasi otoritas, tanggung jawab, dan tanggung gugat dalam departemen produk tertentu memungkinkan managemen mengkoordinasikan aktivitas.
d)     Departementalisasi Campuran Organisasi Divisional
Departementalisasi pelangan dilakukan dengan cara pembentukan kelompok atas dasar pelanggan. Misalnya, struktur organisasi dari lembaga pendidikan, departemen pinjaman bank komersial, toserba, pasar swalayan,dsb.
e)      Departementalisasi Pelanggan
Strategi campuran ini muncul karena para manager mencoba menanggulangi pertumbuhan, pergeseran dalam pasar, budidaya produk dan jasa, kebijakan pemerintah.
3.      Penentuan Relasi antar Bagian dalam Organisasi ( Hierarki )
Sebenarnya antara hierarki dengan permasalahan yang rentan kendali  ( Span Of Control )  itu merupakan satu bagian, mengapa…..? Karena Span Of Control adalah bagian dari hierarki. Sedangkan Hierarki ini memiliki dua konsep penting dalam proses penentuan hierarki, yaitu : Span of management control dan Chain Of Command. Span of management control terkait dengan jumlah orang atau bagian di bawah suatu departemen yang akan bertanggung jawab kepada departemen atau bagian tertentu, sedangkan Chain of command menjelaskan bagaiman batasan kewenangan dibuat dan siapa dan bagian mana akan melapor ke bagian mana. Chain of command juga menunjukkan garis perintah dalam sebuah organisasi dari hierarki yang paling tinggi kke hierarki yang paling rendah.
Dalam  penentuan hierarki organisasi melalui penentuan Span Of Management Control dan Chain Of Command, manager perlu mempertimbangkan apakah akan menggunakan  jenis hierarki yang bersifat horisontal ( flat hierarchy ) atau vertikal ( tall hierarchy ). Hierarki horisontal adalah bentuk struktur organisasi yang bagian organisasinya banyak ke samping dan meminimalkan jumlah sub bagian departemen. Sedangkan hierarki vertikal adalah bentuk struktur organisasi yang meminimalkan bagian-bagian organisasi kesamping secara horisontal, dan memperbanyak sub bagian atau departemen secara vertiakal. 
4.      Koordinasi ( coordination )
Bagian terakhir atau pilar terakhir dari proses pengorganisasian adalah koordinasi, namun di sumber lain ada yang mengatakan Delegasi kekuasaan, sebenarnya koordinasi dengan delegasi kekuasan itu cenderung memiliki arti yang sama. Karena Delegasi kekuasaan merupakan bagian dari koordinasi, dimana delegasi kekuasaan adalah penguasaan dan pengaturan yang ada di suatu struktur organisasi yang dikendalikan oleh wewenang masing-masing sesuai dengan garis struktur, yang menyebabkan adanya koordinasi antara penguasa yang paling tinggi atau yang disebut dengan direktur atau pimpinan hingga  ke anak buah atau para pekerja.
Koordinasi ( coordination ) sebagaimana menurut Stoner, Freeman, Gilbert ( 1995 ) pada dasarnya adalah the process of integrating the activities of separate departments in order to pursue organizational goals effectively.  Koordinasi adalah proses dalam mengintegrasikan seluruh aktifitas dari berbagai departemen atau bagian dalam organisasi agar tujuan organisasi bisa tercapai secara efektif. Tanpa koordinasi berbagai kegiatan yang dilakukan di setiap bagian organisasi tidak akan terarah dan cenderung membawa misi masing-masing.
5.      Delegasi ( Delegation of Authority )
Merupakan permasalah delegasi kekuasaan bertalin dengan keuntungan relatif dari desentralisasi, yaitu delegasi kekuasaan sampai pada tingkat paling rendah dalam hierarki manajerial. Konsep desenralisasi tidak berkenaan dengan penyebaran geografis unit-unit organisasiyang terpisah tetapi konsep tersebut berhubungan dengan hal yang didelegasikan kepada anager untuk mengambil keputusan tanpa persetujuan dari managemen yang lebh tinggi. Dalam beberapa segi, konsep tesebut berhubungan dengan pengaruhyang dimliki oleh seseorang karena karakteristik pribadinya.
v  Mintzberg ( 1983:304 ) mengemukakan bahwa setiap organisasi memiliki lima bagian dasar, antara lain :
1.      The Operating Core
Ø  Para karyawan yang melakuakan pekerjaan dasar yang berhubungan dengan produksi dari produksi dan jasa.
2.      The Strateic apex
Ø  Manager puncak yang diberi tanggung jawab keseluruhan untuk organisasi yang bersangkutan.
3.      The Middle Line
Ø  Para manager yang menjadi penghubung Operating Core dengan strategic Apex
4.      The Tehnostructure
Ø  Para analisis yang memiliki tanggun jawab untuk meaksanakan bentuk standardisasi tertentu dalam organisasi.
5.      The Support Staff
Ø  Orang yang mengisi unit staff, yang member jasa pendukung tidak angsunkepada organisasi.
Jadi menurut Mintzberg, terdapat lima buah desainkonfigurasi yang masing-masing dihubungkan dan didominasi dari masing-masing tersebut. Jika kendali ada di operating core, maka keputusan akan didesentralisasi. Hal ini akan menciptakan biokrasi professional. Jka Strategi apex yang dominan maka kendali desentralisasi dan organisasi itu merupakan struktur  yang sederhanaJika Middle Management yang mengendalikan maka akan ditemukan kelompo dari unit yang bekerja dalam sebuah struktur Divisional. Tetapi jika para analisis Technostructure yang dominan maka kendali akan dilakukan melalui Standardisasi.
Stoner dan Wankell ( 1986 ) mengemukakan adanya 5 elemen yang berguna untuk menganalisis Struktur Organisasi, antara lain :
a.       Spesialisasi Akivitas ( Specialization of Activities )
Spesialisasi ini mengacu pada spesifikasi tugas individual dan kelompok kerja di seluruh organisasi ( pembagian kerja ) dan penyatuan tugas ke dalam unit kerja.
b.      Standardisasi Aktivitas ( Standardization of Activities )
Standardisasi aktifitas merupakan  prosedur yang digunakan  organisasi untukmenjamin kelayakdugaan ( predictability ) aktivitasya. Menstardisasi adalah menjadikan konsisten dan seragam. Dengan analisis ini maka manager berusaha untuk menstadardisasi keluaran organisasi.
c.       Koordinasi Aktivitas
Koordinasi Aktivitas adalah prosedur yang memadukan funsi subunit dalam organisasi. Mekanisme standardisasi memudahkan untuk pengoodinasian pekerjaan aktifitas khususnya dalam organisasi yang tidakmemiliki aktifitas rumit.
d.      Sentralisasi dan Desantrilisasi pengambilan keputusan ( Centralization and decentralization of decision making )
Sentralisasi dan desantrilisasi pengambilan keputusan menacu pada lkasi otoritas pengambilan keputusan. Dalam struktur organisasi Disentralisasi keputusa diambil oleh top manager, dan gaya pengambilan keputusan dibagi diantara para bawahan pada hierarki manajemen menengah dan bawah.
e.       Ukuran Unit Kerja ( size of the work unit )
Ukuran unit kerja mengacu pada jumlah bawahan dalam satu kelompok kerja.
Untuk memperlihatkan struktur organisasi,manager biasanya menyusun suatu bagan organisasi yang menggambarkan diagram fungsi, departemen, dll, yang menunjukkan hubungan satu dengan yang lain.
Bagan organisasi menambarkan lima aspek struktur organisasi yang utama, yaitu :
·         Pembagian kerja ( division of work )
·         Manager dan bawahan ( manager ane subordinates )
·         Tipe pekerjaan yang dilaksanakan ( the type of work being performed )
·         Pengelompokan bagian pekerjaan ( the grouping of work segment )
·         Level Management ( the level of management )
v Keunggulan ( advantage ) bagan organisasi
a.       Bahwa para bawahan memilliki gambaran tentang  bagaimana organisasi distrukturkan
b.      Untuk mengetahui tugas dan wewenang setiap jabatan
c.       Memudahkan untuk menemukan orang yang bersangkutan jika ada seseorang yang diperlukan untuk menangani permasalahan yang spesifik.
v Kelemahan ( Disadvantage ) bagan organisasi
Terdapat banyak hal yang samar atau tidak terlihat. Dalam organisasi modern terdapat 3 bentuk Struktur Organisasi yang secara formal disusun menurut fungsi, produk atau jasa, dan dalam bentuk matriks.

1)      Struktur Organisasi Fungsional
Stoner dan Wankell ( 1986: 248 ) mengkutip karakteristik struktur fungsional
 Keunggulan ( advantages )        
a.       Sesuai dengan lingkungan yang stabil
b.      Menunjang pengembangan keahlian
c.       Memberi kesemptan bagi para spesialis
d.      Memerlukan koordinasi internala minimum
e.       Hanya sedikit memerlukan keterampilan antar pribadi          
Kelemahan ( Disadvantages )
a.       Pada organisasi besar, respon lbih lambat diterima
b.      Menyebabkan terjadinya penyumbatan, karena pelaksanaan tugas sekuensial
c.       Kurang inovatif dan memiliki perspektif yang sempit
d.      Dapat menimbulkan konflik tentang prioritas produk
e.       Tidak menunjang berkembangnya manager umum
f.       Mengaburkan Tanggung jawab atas tugas keseluruhan.
2)      Struktur Organisasi Produk atau Pasar
Struktur organisasi berdasarkan produk atau pasar sering sekali dipandang sebagai organisasi menurut devisi yang menghimpun seluruh unit kerja yang terlibat dalam produksi dan pemasaran suatu produk.  Struktur organisasi produk atau pasar sering digunakan oleh prusahaan besa dan perusahaan multiproduk.
Karakteristik Struktur Produk/Pasar
Keunggulan ( Advantages )
1.      Sesuai dengan perubahan yang cepat
2.      Memungkinkan adanya visibilitas yang tinggi
3.      Memungkinkan konsentrasi penuh terhadap tugas
4.      Kejelasan tanggung jawab
5.      Memungkinkan pengolahan tugas ganda secara pararel
6.      Memudahkan pelatihan bagi manager umum        
 Kelemahan ( Disadvantages )
1.      Membantu perkembangan politik dalam alokasi sumber daya
2.      Kurang mendukung koordinasi aktivitas antar divisi
3.      Mendorong terabaikannya prioritas janka panjang
4.      Memungkinkan menurunkan pendalaman kompetisi
5.      Menimbulkan konflik antara tugas divisi dengan prioritas  perusahaan
2.      Struktur Organisasi Matriks
Struktur organisasi matriks ditemukan dalam organisasi yan memerlukan tanggapan terhadap perubahanyang cepat dalam dua sektor, sepertitknologidan pasar, yang menghadapi ketidakpastian dan memerlukan persyaratan tinggi mengenai pengolahan informasi serta harus mengahdapi keterbatasan sumber daya financial dan sumber daya manusia.
Toner dan Wankell ( 1986:254 )
Keunggulan ( Advantages )   
1.      Memrikan Fleksibilitas kepada organisasi
2.      Merangsang kerjasama antar disiplin
3.      Melibatkan dan menantang perorangan
4.      Mengembangkan ketrampilan karyawan
5.      Membebaskan top managemen untuk perencanaan
6.      Memotiviasi perorangan untuk mengidentifikasi produk
7.      Memungkinkan para ahli ke wilayah penting apabila diperlukan
 Kelemahan ( Disadvantages )
1.      Risiko timbulnya perasaan anarki
2.      Mendorong pergulatan otoritas
3.      Dapat mengarah pada diskusi daripada aksi
4.      Menuntut ketrampilan antar pribadi yang tinggi
5.      Implementasinya memerlukan biaya yang tinggi
6.      Risiko duplikasi usaha oleh tim proyek
7.      Berpengaruh terhadap moral kerja ketika personel diatur kembali
C.    Teknik Pengorganisasian
Pengorganisasian sebagai proses menunjuk pada rangkaian kegiatan yang menghidupkan suatu struktur organisasi tertentu (Gibson, Ivancevich, Donnelly, and Konopaske, 2006 : Champoux, J.E. 2003.), dan diterapkan dengan mempertimbangkan 4 (empat) faktor yakni: pertama, struktur organisasi harus merefleksikan tujuan-tujuan dan rancangan sebab aktivitas-aktivitas organisasi justru bersumber dari kedua aspek ini. Kedua, struktur itu hendaknya memberikan gambaran garis kekuasaan para manajer organisasi, dan hal ini bergantung pada tipe dan jenis organisasi. Ketiga, seperti halnya perencanaan, struktur organisasi harus merefleksikan lingkungannya baik yang menyangkut ekonomi, tek¬nologi, politik, sosial, maupun etik sehingga tidak akan bertentangan dengan ke semua faktor ini. Struktur organisasi harus dapat membantu kelompok/individu mencapai tujuan secara efisien di dalam situasi mendatang yang berubah-ubah. Tentu saja ia tidak boleh statis dan mekanis. Keempat, organisasi harus diisi dengan tenaga manusia. Pengelompokkan kegiatan dan pembagian kekuasaan yang terlihat pada struktur organisasi disesuaikan dengan kebiasaan dan batas kemampuan sese¬orang. Hal ini bukan berarti struktur organisasi itu dirancang untuk memenuhi perbedaan individual setiap personel, melainkan difokuskan pada tujuan-tujuan dan aktivitas organisasional. Suatu pertimbangan penting dalam merancang sebuah organisasi adalah jenis orang-orang yang akan dipekerjakan. Sebagaimana para insinyur mempertimbangkan kekuatan dan kelemahan jenis material yang akan dipergunakan dalam proyek-proyek mereka, begitu pula para organi¬sator mempertimbangkan bahan-bahan mereka yakni orang-orang. Setelah memperhatikan sejumlah prinsip proses pengorganisa¬sian itu, baru penyelenggara organisasi itu memulai kegiatannya secara sistematis, yaitu:
1. Mengidentifikasi dan mengelompokan sejumlah aktivitas yang diinginkan.
2. Mengelompokan aktivitas menurut sumber dan situasi yang ada.
3. Mendelegasikan kekuasaan pada anggota tertentu.
4. Mengadakan koordinasi kekuasaan (wewenang) dan hubungan informasi.
Proses demikian mengisyaratkan bahwa tahap-tahap pengorganisasian dimulai atas dasar tujuan-tujuan yang telah ditetapkan pada langkah perencanaan.
D.    Organisasi dalam prespektif Islam
Di dalam islam, kepemimpinan itu biasa dikenal dengan istilah imarah, ri-asah, atau qiyadah. Semua bermakna sama. Islam telah melekatkan persoalan kepemimpinan ini atas diri umatnya, sedemikian rupa sehingga tidak boleh ada satu perkarapun dimana didalamnya melibatkan tiga orang, kecuali harus ada salah seorang diantara mereka yang menjadi pemimpinnya. Rasulullah saw bersabda:  “Tidak boleh bagi tiga orang berada dimanapun dibumi ini, tanpa mengambil salah seorang diantara mereka sebagai amir “.
Ini berarti islam telah mengajarkan berpolitik dalam perkara apa pun dengan keharusan ada seorang pemimpin disetiap perkara dan kehidupan kaum muslim. Di dalam kehidupan keluarga, didalam shalat berjamaah ada imamnya, di dalam perjalanan ada pemimpin perjalanan, di dalam khalifah haji/umroh ada pemimpinnya, di dalam pasukan terdapat komandannya, dan lain-lain termasuk di dalamnya adalah kepala negara, yang di dalam sistem pemerintaha islam dikenal dengan sebutan khalifah ia adalah pemimpin umum bagi seluruh kaum muslim dan dunia untuk menegakan hukum-hukum syariat islam dan mengembang dakwah islam keseluruh penjuru dunia. Pemimpin seperti inilah yang dinyatakan oleh hukun syariat agar masyarakat tertib dengan institusi kekhilafahan islam, dimana diwajibkan atas seluruh kaum muslim menegakan dan menjaganya.
Keharusan adanya seorang pemimpin dalam seluruh perkara, apalagi perkara besar seperti negara. Sebab tidak akan ada gunanya pelaksanaan suatu sistem apabila tidak ada orang yang memimpin pelaksanaan sistem tersebut. Oleh karena itu segeralah kalian berupaya untuk membaiat seorang khalifah selamatkanlah diri kalian dari kematian jahiliah segeralah kalian berperang dan berlindung di belakang khalifah yang kalian baiat. Rasululloh saw bersabda: “sesungguhnya imam adalah perisai dimana orang-orang berperang dan berlindung di belakangnya”. Dalam pandang islam pun berorganisasi diperlukan dalam memimpin maraih kemenangan demi kemenangan, bukan mengantarkan kalian pada kekalahan demi kekalahan. Untuk itu kita pun belajar bagaimana cara memimpin dalam suatu organisasi. Karena dalam berorganisasi mahasiswa memiliki nilai lebih, posisi mahasiswa aktivis menjadi idialisme bagi seorang mahasiswa yang patut dibanggakan. Namun memang kehidupan mahasiswa aktivis tidak sebaik kehidupan mahasiswa akademis. Dalam berbagai hal sangat jelas menunjukan perbedaan secara skill, intelektual dan etika sangat membanggakan Namun ia lemah dalam segi pengalaman. Sebab mahasiswa tersebut jika berhadapan dengan persoalan yang pelik. Karakter mahasiswa ini akan nampak sangat kaku dalam dalam menyelesaikan persoalan, bahkan cara menyelesaikan konflik-nya kurang.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN


A.    Kesimpulan
Organisasi  merupakan suatu wadah tempat berkumpulnya orang-orang yang bekerjasama guna mencapai tujuan dan target yang telah ditentukan. Ada 3 unsur dalam organisasi antara lain : kumpulan orang, kerjasama, dan tujuan yang ingin dicapai. Unsur-unsur organisasi merupakan dalam satu kesatuan organisasi yang tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lain. Struktur organisasi adalah susunan dan hubungan antar bagian komponen dan posisi dalam suatu perkumpulan. Struktur organisasi menspesifikasikan pembagian aktivitas kerja dan menunjukkan bagaimana fungsi atau aktifitas yang beraneka macam dihubungkan sampai batas tertentu. Dan terbagi menjadi beberapa struktur yaitu:
1.      Pembagian kerja ( division of work )
2.      Pengelompokan pekerjaan (depertementalization )
3.      Penentuan relasi antar bagian dalam organisasi ( Hierarchy )
4.      Koordinasi ( coordination )
Teknik Pengorganisasian sebagai proses menunjuk pada rangkaian kegiatan yang menghidupkan suatu struktur organisasi tertentu (Gibson, Ivancevich, Donnelly, and Konopaske, 2006 : Champoux, J.E. 2003.), dan diterapkan dengan mempertimbangkan 4 (empat) faktor yakni: pertama, struktur organisasi harus merefleksikan tujuan-tujuan dan rancangan.
Islam telah mengajarkan berpolitik dalam perkara apa pun dengan keharusan ada seorang pemimpin disetiap perkara dan kehidupan kaum muslim.
 Rasulullah saw bersabda:  “Tidak boleh bagi tiga orang berada dimanapun dibumi ini, tanpa mengambil salah seorang diantara mereka sebagai amir “.

B.     Saran
Kita sebagai mahasiswa harus belajar bagaimana cara memimpin dalam suatu organisasi. Karena dalam berorganisasi mahasiswa memiliki nilai lebih, posisi mahasiswa aktivis menjadi idialisme bagi seorang mahasiswa yang patut dibanggakan.

DAFTAR PUSTAKA


Siswanto , Bedjo, 2005. Pengantar Manajemen, Jakarta: Bumi Aksara
Sule Ernie Trisnawati dan Kurniawan Saefullah, 2005. Pengantar Manajemen. Edisi pertama,
 Jakarta: Pernada Media
Bangun Wilson, 2008. Intisari Manajemen. Bandung: refika Aditama
George R. Terry dan Leslie W. Rue, cetakan ke sebelas, Agustus 2010. Dasar-dasar
manajemen:Bumi Aksara